SETELAH MAMA TIADA
Masa Kecil Yang Bahagia
Hal
yang paling menyenangkan pada masa kecil Masa sederhana,cukup bisa membeli
jajanan dan mainan yang diinginkan. Ya seperti itulah masa kecilku. Aku memang
bukan dari keluarga kaya raya,tapi aku tidak pernah merasa kekurangan apapun
baik materi ataupun kasih sayang.Kedua orangtuaku selalu
menuruti apapun yang aku mau,meskipun mereka tidak bisa memenuhinya,Mama dan
Bapak akan menasihatiku dengan penuh kesabaran dan lemah lembut sehingga aku
mengerti.
Aku
adalah anak bungsu dari tiga bersaudara,kedua kakakku laki-laki,aku sanngat
rukun dengan kedua kakakku,jarak usia kami 6 tahun,aku sangat dekat dengan
kakak keduaku Kak Ardi,sedangkan kakak sulungku Kak Alan jarang berada dirumah
karena ia bekerja diluar kota sejak memutuskan berhenti sekolah ketika duduk
dikelas 2 SMA.
Aku
sangat senang di bonceng naek sepeda oleh kakakku,hingga terkadang saking
asyiknya naik sepeda sering kali kami menabrak pagar bambu yang dibuat Bapak di
halaman rumah.
Namun
kebahagiaan ku berubah saat aku duduk dikelas 2 SD,ketika Kak Alan memutuskan
menikah dengan seorang wanita yang dikenalnya saat bekerja. Seorang wanita yang
berasal dari keluarga kaya raya yang selalu menunut kemewahan pada
kakakku,mulai dari pesta pernikahan mewah,rumah mewah,perabotan serba mewah
hingga pakaian yang serba mahal,jika kakakku tak sanggup memenuhinya ia akan
membujuk Mama agar memenuhi setiap keinginannya,sebagai ibu yang baik Mama
selalu menuruti kemauan menantunya itu,hingga akhirnya Mama terpaksa menjual
tanah warisan dari kakek.
Aku
yang saat itu belum mengerti masalah orang dewasa hanya bisa merasa bingung
dengan keadaann yang ada,dimana setiap hari aku melihat wajah Mama yang
biasanya ceria menjadi murung,apalagi jika Kak Alan datang wajah Mama begitu
sedih,tapi Mama tidak pernah menunjukan kesedihannya padaku atau Kak Ardi Mama
masih seperti dulu,menuruti setiap keinginanku. Aku masih ingat Mama selalu
mengajariku agar menyisihkan uang jajanku untuk membeli majalah bobo
kesukaanku. Mama adalah sosok Ibu yang mengerti keinginan anaknya,Mama tahu aku
sangat suka membaca,maka Mama mengajarkan untuk menyisihkan uang jajan agar
bisa membelinya,jika uang yang aku kumpulkan tidak cukup,Mama dengan senang
hati akan menambah kekurangannya,begitu juga dengan Kak Ardi yang senang
bermain sepak bola,Mama meminta Kak Ardi untuk menyisihkan uang jajannya agar
ia bisa mengikuti latihan sepakbola setiap minggunya. Kami bukan orang
kaya,tapi tak pernah merasa miskin,bukan karena kami sombong tapi kami memiliki
orang tua hebat yang pandai bersyukur hingga tidak membuat kami merasa
kekurangan.
Diabetes
Melitus
Tapi
sayang,kebahagiaan itu kian hilang ketikan Mama jatuh sakit,Mama terkena
penyakit Diabetes Melitus,yang membuatnya harus pergi ke dokter setiap
minggunya. Tentu saja,biaya pengobatan Mama tidak murah,sedangkan Bapak
kerjanya hanya seorang buruh serabutan,tapi Bapak tidak patah semangat apapun
dilakukannya agar Mama bisa berobat.
Saat
itu rasa sedihku semakin bertambah,Kak Ardi tidak bia melanjutkan pendidikan ke
SMA,ada dua pilihan saat itu,biaya pendidikan mahal jika Kakakku melanjutkan
pendidikan maka Mama tidak bisa melanjutkan pengobatannya tapi jika Mama
melanjutkan pengobatannya kakakku tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Kakaku
dengan kesadarannya memilih tidak melanjutkan pendidikan ia ingin Mama sembuh biarlah
ia tidak sekolah asal Mama sembuh.
Kakakku
akhirnya memutuskan untukbekerja di pasar sebagai kuli panggul,Bapak tentunya
sangat sedih melihat semua itu anak keduanya yang seharusnya menikmati masa
remajanya dibangku sekolah harus ikut banting tulang di pasar memenuhi kebutuhan
keluarga. Sedangkan Kakak sulungku dibuat pusing dengan kelakuan istrinya yang
selalu menuntut kemewahan padanya,benar-benar menantu yang tak punya
perasaan,melihat ibu mertuanya yang sakit keras hingga berkali-kali masuk rumah
sakit tetap saja kelakuannya tidak berubah tetap saja ia menuntut kemewahan
pada suaminya,jika tidak terpenuhi ia akan meminta pada Mama hingga membuat
penyakit Mama semakin parah.
Semenjak
Mama sakit juga semua keadaan berubah,Mama sering keluar masuk rumah
sakit,kesehatan Mama semakin hari semakin menurun membuatku harus terbiasa tanpa
Mama,hingga saat kenaikan kelas pun aku tidak diantar Mama tapi diantar Tante
Aini adik Mama.
Selamat
Jalan Mama
Hari itu hari Jumat,aku pulang sekolah lebih
awal. Hari itu kurasa sangat berbeda dari biasanya,langkah ku terasa berat,aku
terus memikirkan kondisi Mama,kapan Mama sehat lagi? Aku ingin pergi
jalan-jalan dengan Mama,bercanda dengan Mama,belajar dengan Mama,dan juga
membeli majalah Bobo dengan Mama.
Sesampainya
di halaman rumah aku terkejut melihat Bapak berdiri di depan pintu,wajahnya
sedih matanya sembab seperti habis menangis. Hatiku bergetar,jantungku berdegup
kencang,apalagi kulihat didepan pintu banyak sandal orang yang menjenguk Mama.
Lututku terasa begitu lemas,aku takut hal buruk terjadi pada Mama.
“Pak,Mama
kenapa?’’ Tanyaku dengan wajah polos
Tak
ada jawaban,Bapak menunduk dengan tersenyum kecut. Sampai tiga kali aku
bertanya,Bapak tidak memberikan jawaban apapun,akhirnya aku berlari masuk
kedalam rumah,kulihat orang-orang mengerumuni Mama.
“Mammaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa’’
Aku
menjerit lalu terjatuh di lantai,seorang tetangga langsung menghampiri lalu
menggendongku,Bapak mencoba menenangkanku tapi beliaupun tak sanggup membendung
air matanya,aku dekati Mama,wajahnya begitu pucat,tubuhnya yang dulu gemuk kini
kurus,orang-orang membantu Mama mengucap lafadz Laillaha ilallah. Aku pegang
tangannya,aku tidak ingin Mama pergi,aku ingin terus dengan Mama.
“Mama
tidak apa-apa Via”
Aku
senang mendengarnya,aku ingin Mama sembuh seperti dulu,hari itu aku tidak ingin
jauh dari Mama,bahkan untuk mengganti seragam sekolahpun aku tidak mau,aku
ingin terus di dekat Mama.
Sore
hari Mama bisa bercanda kembali dengan kami,aku dan Kak Ardi senang dengan ha litu,tapi
tetap aku tidak mau jauh darinya,hingga malampun tak terasa aku tertidur di
kursi yang ada di samping tempat tidur Mama.
***
Aku
rasa hari masih begitu malam saat kudengar beberapa orang melantunkan ayat
suci,tapi kenapa mereka seperti menangis,aku pun bangun dan ternyata aku berada
di kamarku,mungkin semalam Bapak memindahkanku saat tertidur di kamar,aku buka
gorden kamarku,dan aku berharap saat itu sedang bermimpi
“Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Ku
lihat Paman sedang menutup wajah Mama dengan kain,lalu beberapa orang mengucap
Innalillahi waina Illaihi rojiun,kenapa ini terjadi batinku menjerit aku
menangis sejadi-jadinya,Tante Aini langsung menggendongku
“Tante,Mama
jangan ditutup sperti itu’’
Tante
Aini tidak sanggup menahan tangisnya,Bapak mendekatiku dan mencoba memelukku
“Via,jangan
nangis masih ada Bapak,Kak Ardi,Kak Alan,Tante Aini dan yang lainnya”
“Tapi
teman-teman Via masih punya Mama,Via mau Mama”
Semua
orang menangis mendengar ucapanku,termasuk Kak Ardi yang dari tadi duduk di
samping jenazah Mama sambil membaca Al-quran. Kak Ardi memang pribadi yang
sabar seperti Mama,dia tetap sabar berusaha tenang berbeda dengan Kak Alan yang
tak bisa menahan tangisnya,Kak Tini istrinya berusaha menenangkannya.
Hari
itu aku berharap hanya mimpi,ketika orang-orang datang bertakziah ke rumah,aku
mencoba menggigit tanganku sampai berdarah,katanya kalau tidak terasa sakit itu
kita sedang bermimpi,tapi ternyata tanganku begitu sakit,dan tentu saja
kelakuanku membuat semua orang semakin sedih. Hingga jenazah Mama dikebumikan
aku masih berharap itu mimpi,tapi semua adalah kenyataan saat kupandangi
gundukan tanah merah disamping makam almarhumah Nenek,disitu aku masih tak
percaya bahwa Mama telah pergi untuk selamanya.
Aku
merasa hari-hariku menjadi sepi,semua orang berusaha menghiburku tapi tetap sedihku
tidak hilang,hingga seminggu berlalu orang-orang masih datang untuk bertakziah
ke rumah,Mama memang orang baik jadi pantas banyak orang merasa kehilangannya.
Mama
Baru
Hidup
tanpa Mama memang hampa,Bapak tentu tidak sanggup melakukan semuanya
sendiri,seringkali aku tidak pernah menyisir rambut saat berangkat
sekolah,tidak memakai seragam yang di setrika bahkan sering tidak sarapan. Dan
yang lebih parah Bapak tidak tahu cara membuat perkedel,pernah Bapak membuat
perkedel dan hasilnya seperti donat.
Setahun
setelah kepergian Mama,Bapak meminta izin untuk menikah lagi,Bapak pun menikah
lagi dengan seorang janda yang juga ditinggal suaminya meninggal,tapi beliau
memiliki anak. Ibu tiri selalu diceritakan jahat tapi tidak dengn beliau’ia
menyayangiku dan kakakku seperti anaknya sendiri. Dan akupun tidak mau menyebut
beliau sebagai Ibu tiri karena bagaimanapun beliau adalah seorang ibu walaupun
bukan orang yang melahirkanku.
Pindah
Rumah
Kak
Tini istri Kak Alan tidak pernah mau hidup sederhana,ia terus menuntut
kemewahan pada Kak Alan dan tentu saja jika tidak bisa terpenuhi ia akan lari
ke Bapak,semua yang dimiliki keluargaku habis tak tersisa,Bapak sangat marah
ketika diam-diam Kak Alan menjual tanah warisan peninggalan Mama yang harusnya
menjadi hakku dan Kak Ardi,bahkan rumah yang kami tempati pun harus kami
tinggalkan karena suatu masalah. Bapak sangat bingung dengan hal itu,untung
saja Mama menyarankan kami untuk pindah ke rumahnya,walaupun rumah itu jauh
dari keramaian dan terpaksa aku harus pindah sekolah dan berpisah dengan
teman-temanku.
Kampung
Baru
Kehidupan
kami di tempat baru berubah,dan disini aku merasa menjadi dewasa lebih dari
usiaku,pengasilan Bapak sangat kecil,kebutuhan hidup naik,dan semua itu
benar-benar menguji kesabaran. Kak Ardi akhiirnya memutuskan pergi ke Jakarta
karena penghasilannya di kampung sangat kecil. Sementara Kak Alan semakin hari
semakin pusing dengan kelakuan istrinya,terlebih ketika Panji anak pertama
mereka lahir,kehidupannya semakin ambruk. Dan disaat seperti itu sang istri
malah meminta cerai darinya karena tidak sanggup hidup miskin.
Tapi
Kak Alan tidak melakukannya,dia memilih pergi dan menghilang tanpa kabar selama
bertahun-tahun.
Masa
Remaja
Masa
remaja adalah masa yang indah dan itu juga yang aku rasakan,termasuk rasa
galau,hanya saja kegalauan yang kurasakan bukan karena cinta tapi perasaan
takut tidak bisa melanjutkan sekolah,setiap malam aku hanya menangis,memikirkan
apa aku bisa sekolah atau tidak,hingga akhirnya aku bisa masuk SMP dengan
beasiswa.
Di
masa SMP ini aku mulai belajar arti hidup yang sebenarnya,dimana aku harus ikut
memikrkan kehidupan esok pagi bahkan mungkin kehidupan beberapa tahun yang akan
datang,sering kali aku melihat Bapak pulang kerja kakinya berdarah terkena batu.
Kehidupan yang benar-benar terasa berat saat itu. Dimana kadang Bapak hanya
mendapatkan uang yang cukup untuk makan hari ini dan beulm tahu esok akan makan
atau tidak. Untuk membantu perekonomian keluarga Mama bekerja mencari rumput
untuk ternak tetangga,Kak Ardi di Jakarta akhirnya mendapat pekerjaan sebagai
security di salah satu perusahaan swasta.
Aku
harus terus mempertahankan prestasi belajarku agar tetap dapat beasiswa,setiap
malam aku belajar agar tetap bisa menjadi juara kelas. Aku tidak bisa
bermain-main seperti temanku yang lain,yang bisa seenaknya jalan-jalan. Aku
tidak berani merengek minta ini itu kepada Bapak,karena aku tahu bagaimana
pekerjaan Bapakdan penghasilannya pun pas-pasan,bahkan ketika itu Bapak sampai
menangis saat beliau lewat depan sekolahku,saat itu pelajaran olahraga di
lapangan depan sekolah,teman-temanku semua memakai baju olahraga,hanya aku saja
yang tidak,aku tidak berani meminta uang karena aku tahu Bapak dan Mama tidak
punya uang,Bapak menangis dan akhirnya beliau mengumpulkanuang untuk membeli
baju olahraga
Ya,begitupun
untuk urusan lainnya aku tidak seperti orang lain bahkan seragam sekolah pun
aku memakai bekas orang,sering aku dicemooh orang karena tidak pernah punya
seragam bagus, tapi tak pernah kugubris yang penting aku bisa sekolah.
Termasuk
untuk masalah remaja lainnya,aku tidak seperti yang lainnya,teman-tamanku mulai
mengenal cinta tapi tidak denganku,aku tidak mau terlibat urusan orang dewasa
terlalu jauh,meskipun pikiranku sudah lebih dewasa dari usiaku aku tidak mau
terlibat dalam hal cinta.
Tapi
mencintai adalah kodrat setiap manusia,akupun tidak bisa memungkiri hal itu,aku
menyukai Kakak kelas ku,namanya Zaenal Muttaqin. Awalnya aku sangat membencinya
ia selalu mengejekku karena aku memakai seragam bekas,sekolahku sekolah
islam,setiaphari senin memakai seragam putih-putih,rok,baju dan jilbab putihku sudah
berbeda putihnya,ya maklum semuanya baju bekas layak pakai,Zaenal selalu
mengejekku dengan sebutin putih sejuta warna,kesal sekali rasanya jika ia sudah
begitu,pikirku Zaenal tidak bisa menghargai orang lain,hingga suatu hari aku
tidak sengaja melihatnya sedang berjalan dengan ibunya,entah kenapa aku yang
memang tengah merindukan Mama merasa iri kepadanya,aku rindu masa
sepertiitu,Zaenal beruntung sekali masih bisa bersama Ibunya,dari situ aku
merasakan perasaan yang berbeda yang tidak pernah kurasakan,setiap hari aku
ingin melihatnya dan seperti itu terus hingga ia lulus tak pernah ada hubungan
antara Aku dengannya karena aku pun tidak pernah berharap apapun. Aku malah
senang jika ia mengejekku.
Aku
tak pernah menceritakan itu kepada orang lain hanya kepada Nisa sahabat sejati
ku,aku berani menceritakan apapun kegalauan hatiku.
Tapi
kegalauanku saat sekolah bukan terfokus pada malah cinta,lebih pada ekonomi,ya
aku ingat saat aku ingin membeli sepatu baru aku terpaksa tidak jajan selama
dua minggu dan mengumpulkan uangnya untuk membeli sepatu. Dan ketika terkumpul
uangnya tak seberapa hingga akupun memilih membeli sepatu paling murah yang
keawetannya tidak lama. Baru seminggu
kupakai bagian bawahnya sudah belah. Pernah saat akuakan mengikuti lomba baca
puisi tengah malam aku menjahit bagian sepatu yang belah dengan jarum jahit
tangan,aku sengaja memilih waktu tengah malam agar tidak ada yang tahu aku
melakukan itu. Jika orang tuaku tau mereka pasti sedih.
Merantau
Lulus
SMP aku melanjutkan sekolah ke SMA
dengan modal nekat dan keuangan keluarga yang pas-pasan akhirnya aku bisa
menyelesaikan pendidikan hingga lulus SMA, meskipun aku begitu sedih karena
tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,akhirnya aku memutuskan ikut
dengan Elli salah satu tetanggaku untuk mencari pekerjaan di daerah Bekasi dan
kebetulan Elli memiliki saudara di Bekasi sehingga kami bisa ikut tinggal dulu
sebelum mendapatkan pekerjaan,dan setelah mendapat pekerjaan kami akan mencari
rumah kontrakan lain.
Merantau
bukanlah hal mudah,itu awal yang aku rasakan,terlebih aku harus terbiasa tanpa
keluarga ,tanpa Bapak,Mama Kak Ardi dan Dini adik bungsuku dari Mama yang
sekarang.
Mencari
pekerjaan bukan hal mudah hingga tiga bulan aku belum juga mendapatkan
pekerjaan. Aku mulai merasa putus asa,bukan hanya sedih mencari kerja tapi
bekalku mulai berkurang,aku tidak berani meminta kepada orang tuaku,akupun
mencoba lebih hemat.
Setiap
hari aku berkeliling mendatangi setiap perusahaan bertanya pada setiap security
perusahaan apakah ada lowongan pekerjaan atau tidak. Melihat security
perusahaan akupun teringat Kak Ardi yang bekerja di sebagai security di
Jakarta,dia pasti seperti itu harus berjaga siang malam demi mencari rezeki.
Setelah
berhari-hari aku dan temanku akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik
mainan,meski dengan sistem kerja kontrak aku bersyukur akhirnya mendapatkan pekerjaan
juga.
Aku
mendapatkan pekerjaan tapi Kak Ardi terkena PHK dari tempatnya bekerja,karena
sekarang perusahaan tempatnya bekerja hanya mempekerjakan mereka yang lulusan
SMA,sedang Kak Ardi hanya lulusan SMP,ia pun akhirnya pulang dan memilih
bekerja sebagai kuli bangunan.
Cinta
Kehidupan
manusia tak lepas dari yang namanya cinta,aku kembali menemuinya,cinta
mengingatkanku pada Zaenal cinta monyetku saat SMP,ya tapi itu hanya cinta
monyet.
Aku berkenalan dengan seorang laki-laki asal
Bandung bernama Sandi perkenalan yang tidak sengaja kami bertemu saat sedang
menunggu bis jemputan perusahaan,kami memang tidak satu pekerjaan tapi tempat
kerja kami berdekatan.
Kebersamaan
yang kian hari kian dekat hingga akhirnya aku dan Sandi memutuskan untuk
berpacaran.
Jantung
Aku
tersentak kaget ketika Kak Ardi menelponku mengabarkan bahwa Kak Alan meninggal
dunia,selama ini Kak Alan tidak pernah ada kabar ketika ia memutuskan pergi.
Akupun meminta izin untuk pulang.
Untuk
kedua kalinya aku harus kehilangan orang yang aku sayangi,kami sekeluarga
sangat kehilangannya. Tapi berbeda dengan Kak Tini aku tidak melihat sedikitpun
raut kehilangan di wajahnya. Entah kenapa aku merasa sangat membencinya
terlebih jika ingat semua kelakuannya.
Sehari
setelah pemakaman Kak Alan aku kembali ke Bekasi,rasanya berat harus kembali
bekerja,aku merasakan sesak di dadaku,nanfasku berat,bekerja sebentar saja
rasanya sangat melelahkan,hingga membuatku pingsan saat bekerja.. Orang-orang
membawaku ke klinik,seorang dokter memeriksaku,hasil diagnosanya aku terkena
penyakit jantung bocor,hal itu membuatku terkejut,bagaimana bisa,aku merasa
sehat-sehat saja,lalu kenapa aku bisa terkena penyakit seperti ini?
Penyakit
ini benar-benar menyiksaku,aku selalu kesulitan melakukan pekerjaan berat, dan
hampir aku putus asa setiap hari di hantui rasa sakit yang datang tanpa kenal
waktu,saat itulah aku merasakan derita seakan tiada habis sejak di tinggal Mama,sedih
rasanya. Belum lagi setiap hari aku harus menenggak beberapa butir obat penahan
rasa sakit. Hidupku sudah bergantung pada obat,sehari saja tak ada obat aku
merasa sangat lemah,Bapak,Mama dan Kak Ardi memintaku untuk pulang tapi aku
menolaknya,aku ingin terus bekerja membantu keluargaku,biarlah penyakit ini ada
di tubuhku,biar ku lawan suatu hari nanti penyakit ini pasti pergi. Aku masih
ingat saat pertama kali tahu aku terkena penyakit ini,sehari sebelumnya Mama
bercerita tentang tetangga yang meninggal karena sakit jantung katanya setiap
orang yang terkena penyakit itu umurnya tidak akan lama,dan besoknya aku
memberitahu keluargaku aku mengidap penyakit mematikan itu.
Sandi
dengan setia selalu mengantarku ke dokter dan memberiku semangat untuk sembuh
tapi lama-lama dia mungkin bosan dengan keadaanku yang seperti itu,aku tahu
dalam benaknya dia pasti malu hingga akhirnya hubungan kami putus dan Sandi
memilih kembali pada mantan kekasihnya,ku coba mengikhlaskannya meskipun sakit
hati yang kurasa begitu perih,biarlah ia pergi memang dia bukan yang terbaik
untukku.
Di
saat seperti itu aku teringat pada Mama,mungkin dulu Mama seperti ini bahkan
lebih sakit,aku merasakan bagaimana menderita penyakit mematikan seperti ini.
Beberapa temanku menyarankan untuk berhenti bekerja,pekerjaanku memang cukup
berat apalagi aku harus bekerja dengan sistem shift,bekerja dengan mata terjaga
sepanjang malam memang tidak baik tapi entah kenapa aku tidak ingin berhenti
bekerja.
Dua
tahun kujalani hidup dengan penyakit ini,meski sering aku menangis karena rasa
sakit yang begitu menyakitkan bahkan berkali-kali aku jatuh pingsan saat
bekerja,aku tetap bertahan bekerja di perusahaan mainan itu hingga kontrak
kerjaku berakhir.
Pekerjaan
Baru
Aku
berjalan disebuah hutan lalu tiba-tiba seseorang melemparku dengan boneka yang
dibungkus kain putih,aku menjerit minta tolong hingga kemudian Kakek dan Mama
datang menolongku.
“Via,buka
matamu,solat malamlah nak,temanmu sekarang sedang mengaji biar boneka ini di
hancurkan Kakek”Kata Mama menyuruhku membuka mata
Aku
buka mataku ternyata tadi hanya mimpi,ku lihat Elli sedang mengaji di kamar
kontrakan kami,aku langsung bangun mengambil air wudhu dan solat malam.Mimpi
macam apakah tadi itu? Aku hanya terdiam sudah ada tiga kali aku mimpi seperti
itu,dan setelah mimpi jantungku akan terasa sakit. Ya Allah misteri apakah ini.
Aku
kembali mencari pekerjaan baru,aku jadi ingat saat pertama mencari pekerjaan
berkeliling di kawasan industri bertanya pada setiap security perusahaan apakah
ada lowongan atau tidak,dan tentu saja mencari pekerjaan bukan hal mudah hingga
empat bulan aku belum juga mendapat pekerjaan,rasa putus asa mulai muncul,apalagi
jika ingat kondisiku,aku bergantung dengan obat dan sudah dua bulan aku tidak minum
obat,biaya dokter dan obat sangat mahal sedangkan aku tidak bekerja,uangku
habis untuk mencari pekerjaan dan pekerjaan susah didapat. Setiaphari aku dan
Elli berusaha mencar ipekerjaan berkeliling di kawasan industri bertanya pada
security,di jalanan pun kami bertemu orang yang sama-sama mencari pekerjaan kam
ipun saling bertukar cerita tentang suka duka mencari pekerjaan.
Aku
teringat dengan Nisa,sahabatku sejak SMP,dia juga adadi Bekasi hanya berbeda
kawasan saja Nisa bekerja di sebuah perusahaan seat otomotif,aku menanyakan
tentang lowongan pekerjaan di perusahaan
tempatnya bekerja,ternyata pucuk dicinta ulam tiba,perusahaan itu sedang
membutuhkan karyawan Aku dan Elli langsung melamar ke perusahaan itu.
Setelah
interview dan beberapa tes akhirnya aku dan Elli diterima bekerja dan di
tempatkan di bagian quality control. Perusahaan ini bukan perusahaan besar
karyawannya pun tidak banyak,tapi aku bersyukur akhirnya bisa kembali bekerja.
Cowo
Jutek
Aku
kembali bekerja dengan sistem shift dan tentu saja shift malam membuat
penyakitku sering kambuh,rasa sakitnya begitu kuat aku sering menangis d tempat
kerja jika rasa sakit itu menyerang,untung saja karyawan di bagian ku hanya
beberapa orang dan pekerjaan memang tidak terlalu berat hanya mengecek hasil
jahitan cover seat.
Beberapa
orang senang sekali menjahiliku dengan cara mengagetkan aku sangat marah
sekali,tapi aku tidakmemberi tahu teman-temanku bahwa aku memiliki penyakit mematikan
itu,aku hanya bisa menangis ketika sakitnya kembali menyerang.
Penyakit
ini menyebabkan tanganku berkeringat sehingga aku sering kali bolak-balik kamar
mandi untuk mencuci tangan.
Rupanya
kelakuanku ini diketahui seorang karyawan dari bagian lain,laki-laki yang tidak
aku kenal itu tiba-tiba mengagetkanku dari belakang,kurang ajar sekali kataku
dalam hati.
“Namamu
siapa?” tanya laki-laki itu
“Via”
Jawabku ketus
“Lengkapnya?”
“Viantika”
“Singkat
sekali”
“Iya”
“Saya
Irwan.Irwan Andika”
“Iya”
“Cuma
iya?”
“Memang
harusnya apa?”
“Iya
tidak apa-apa”Katanya sambil tersenyum
“Via
saya kerja dulu ya”
“Iya”
“Iya
Mas gitu dong jawabnya”
“Iya
Mas”
Laki-laki
bernama Irwan itu pun pergi,pakaiannya sangat kotor penuh oli,dari peralatan
yang dibawanya aku bisa menebak dia pasti seorang mekanik. Penampilannya biasa
saja,sikapnya begitu dingin terhadap perempuan,wajahnya jutek dan cuek jika
disapa perempuan.
Esok
paginya aku kembali bertemu dengan Irwan,dia mulai berani bertanya banyak
hal,mulai dari usia sampai lagu kesukaan dia tanyakan. Irwan cukup kaaget
ketika tahu usiaku setengah tahun lebih tua darinya,wajahku memang
menipu,banyak orang mengira aku baru lulus SMA,Irwan seorang Jawa tulen tetapi
sangat menggemari lagu Sunda,ia banyak bertanya padaku tentang budaya sunda.
Kedekatanku
dengan Irwan menjadi gosip hangat,banyak yang mengira kami pacaran,bahkan
beberapa orang merasa iri karena aku bisa dekat dengannya,ada juga yang merasa
heran bagaimana bisa seorang pemuda yang dikenal jutek bisa dekat dengan perempuan
pendiam sepertiku,bahkan seorang perempuan sampai menangis karena selama ini
dia menyimpan perasaan pada Irwan tetapi Irwan malah dekat denganku,akupun
mencoba menjauh dari Irwan.
Aku
tidak ingin terlalu dekat dengan Irwan,aku juga merasa Irwan agak menjaga jarak
denganku,aku takut timbul perasaan diantara kami. Ya,jika sudah ada perasaan
berlebih sulit untuk dihindari,terlebih Irwan adalah tipe laki-laki yang susah
melupakan seseorang,dia sering bercerita kenapa bersikap jutek terhadap
perempuan,dia pernah berpacaran dengan seorang perempuan sunda dan jalinan
cinta mereka tidak direstui oleh masing-masing keluarga karena berbagai
alasan,aku tidak ingin terlalu mengetahui masalalunya,karena pasti semakin aku
bertanya dia akan kembali sedih mengingatnya,selama ini dia sudah mencoba lepas
dari masa lalunya dan aku tidak mau merusaknya karena aku sendiri merasakan
bagaimana sulitnya melepas masalalu yang menyakitkan.
Elli
dan Nisa
Elli
akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan karena akan menikah dengan seorang
laki-laki yang dikenalnya di tempat kerja dulu. Begitu juga dengan Nisa,dia
akan menikah dengan teman SMA nya.
Sepi
yang kurasakan ditinggal sahabat-sahabatku menikah,mereka “mengompori”ku agar
segera menyusul kepelaminan,aku sudah sudah lama tidak tertarik dengan kata
pernikahan dan cinta,aku trauma dengan cinta,lagipula mana ada laki-laki yang
mau menikah dengan perempuan penyakitan sepertiku,Sandi saja lebih memilih
pergi dan laki-laki lainpun pasti akan seperti itu,lebih baik aku memperbaiki
diri,lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta karena penyakitku bisa
sewaktu-waktu menjemput ajalku,aku juga harus memperbaiki jilbabku,selama ini
jilbabku sering kali kulepas,masalh jodoh biarlah Allah yang mengatur jika
jodohku tidak di dunia mungkin di akhirat nanti. Dan aku selalu ingat dengan
nasihat kedua sahabatku,mereka melarangku untuk pacaran tapi menyuruhku mencari
calon suami. Ya,mudah-mudahan saja suatu hari nanti ada yang bersedia menerimaku.
Santet
dan Rukiyah
Malam
begitu gelap ketika aku berjalan melewati sebuah hutan sendirian,seorang
laki-lakidatang melempar boneka di bungkus kain putih,lalu Kakek dan Mama
datang,Kakek langsung merebut boneka itu,Mama menyuruhku membaca shalawat kemudian
dia menunjuk Irwan
“Bangun
dan kamu tanya pada dia”
Aku
tidak mengerti maksudnya,aku langsung bangun,dadaku sesak,nafasnya
berat,rupanya aku bermimpi,dan kenapa mimpi itu terus terulang,lalu kenapa
Irwan ditunjuk-tunjuk segala,apa yang harus aku tanyakan pada dia.
Malam
itu kurasa sangat menakutkan,aku tidak bisa tidur sampai pagi,aku berangkat
kerja dengan badan lemas,sesampai di tempat kerja Irwan langsung
menghampiriku,ia begitu aneh melihatku lalu akupun menceritakan semua yang
terjadi,ceritaku cukup membuat bulu kuduknya merinding,menurutnya ada
kemungkinan aku terkena santet,dia menyarankan agar aku di rukiyah,aku selama
ini tidak mengerti dengan hal gaib,apa mungkin aku terkena santet lalu siapakah
pelakunya?
Sore
hari Irwan mengajakku ke tempat saudaranya yang pernah terkena
santet,saudaranya menyarankan agar aku di rukiyah,kami pun langsung pergi ke
tempat rukiyah.
Seorang
Ustadz membimbingku untuk melakukan
rukiyah ia bertanya apa yang terjadi padaku selama ini aku menceritakan
semuanya. Mulai dari penyakit hingga mimpi mendapat boneka berbungkus kain
putih.
Sang ustadz mulai membaca ayat-ayat suci
Al-quran,aku pun diperintahkan untuk membaca istigfar,Irwan duduk di sebelahku
. Awalnya aku biasa saja tapi lama-lama hatiku merasa sedi,takut,dan terus
terbayang-bayang boneka berbalut kain putih tersebut hingga kemudian aku tidak
sadar dengan apa yang terjadi.
Aku
kaget ketika Ustadz membangunkanku,aku terbaring diatas sajadah,Irwan duduk di
sebelahku,aku tidak mengerti apa yang terjadi,ustadz itu menceitakan jika aku
terkena guna-guna selama dua tahun ini,tubuhku dihuni makhluk halus sejenis
jin,makhlul-makhluk itu yang menyebabkan aku sering mendapat mimpburuk dan
menghambatku untuk beribadah,pantas saja aku sering merasa malas untuk beribadah.
Aku dianjurkan untuk melakukan rukiyah lagi dan juga terapi bekam untuk
menghilangkan sisa obat yang ada di tubuhku. Aku sendiri masih heran siapa yang
setega itu berbuat demikian padaku,tapi aku tidak ingin mempermasalahkannya
biarlah Allah membalasnya.
Selesai
rukiyah aku tidakdiizinkan tidur sendiri,hingga akhirnya akumeminta izin
menginap di rumah ibu Tia sang pemilik kontrakan,Alhamdulillah beliau
mengizinkan akumenginap,hingga beberapa minggu aku masih merasakan adan
gangguan tapi Alhamdulillah semua bisa teratasi,kedua orangtua ku sempat kaget
dan panik mengetahui aku terkena guna-guna,mereka setiap malam tak henti
mengaji untuk mendoakan kesehatanku.
Irwan
senantiasa mengantarku untuk melakukan rukiyah dan terapi bekam,bahkan pada
saat rukiyah dia sampai tidak tega melihat keadaanku.
Aku
sangat bahagia,akhirnya bisa kembali menghirup nafas lega dan kembali hidup
normal tanpa mimpi buruk yang selalu menghantuiku.
Kejutan
Hari
demi hari aku semakin dekat dengan Irwan,dia selalu mengatakan senyumku sudah
sepenuhnya senyum manusia bukan lagi senyum
jin atau dedemit,kadang aku merasa kesal dengan kata dedemit itu,tapi
biarlah toh itu hanya candaan.
Aku
sangat berterima kasih padanya dia sudah begitu tulus membantuku,padahal
sebenarnya nyawanya bisa terancam karena membantuku,sungguh aku lihat
ketulusannya yang begitu nyata tanpa peduli nyawanya ikut terancam.
Melihat
ketulusannya aku teringat pada almarhumah Mama yang kasih sayangnya begitu
tulus,Mama yang selalu peduli padaku tidak peduli dirinya tersakiti asalkan
anaknya bahagia,Mama yang selalu menurut isetiap keinginanku,membelikanku
boneka dan buku kesukaanku. Mama aku rindu sekali padamu,aku ingin memelukmu
dan bercerita tentang semua ini,sekarang Mama tidakpernah hadir kembali
dimimpiku setelah aku di rukiyah,Mamaaku ingin kau tenang di alam sana aku akan
selalu mendoakanmu.
Tok..tok..tok
Seseorang
mengetuk pintu kamarku,akupun membukanya ku lihat Irwan berdiri di depan
pintu,tapi dia buru-buru menyuruhku masuk karena aku tidak memakai jilbab’aku
pun masuk dan memakai jilbab,lalu kembali membuka pintu.
“Ada
apa?tumben kesini”
“Ini
untukmu”
Irwan
menyerahkan sebuah bungkusan besar berwarna hitam,ketika kubuka isinya boneka
Doraemon
“Kamu
pengen boneka kan?”
Aku
merasa heran kenapa dia berkata begitu
“Via,tidak
usah bohong aku tahu apa yang kamu pikirkan,kamu sekarang sedang memikirkan
Mamamu dan kamu kangen dibeliin boneka sama Mama,ya kan?
Aku
kaget bagaimana dia tahu
“Ko
kamu tau mas?”
Aku
semakin heran dengannya,hingga tanpa di duga Irwan mengatakan hal tidakpernah
aku duga
“Via,maaf
aku sayang sama kamu,aku ingin menggantikan kasih sayang Mama kamu yang Cuma
sebentar kamu rasakan,aku ingin selalu di dekatmu menjaga kamu”
Aku
kaget mendengar ucapannya
“Mas
Irwan,kamu lagi ngegeerin Via kan?”
Irwan
menggeleng,dia menjelaskan semuanya panjang,aku lihat ketulusannya,aku pun
berpikir mungkin ini sudah saatnya,dan jangan lagi aku melakukan hal yang tidak
diridhoi agama,yaitu pacaran.
“Bagaimana
Via,apa kamu mau?”
Aku
terdiam dan berpikir,jika memang dia serius dia pasti mau aku suruh untuk
menemui orang tuaku.
“Kalau
kamu serius,kamu datangi Bapakku,apa kamu mau?”
Irwan
tersenyum dan mengangguk,aku tidak bisa menyembunyikan senyum bahagiaku, Irwan
berjanji akan segera menemui kedua orang tuaku.
Sebelumnya
aku tidak pernah memikirkan hal ini,aku yang dulu hampir putus asa ditinggal
Mama,bersusah-susah saat sekolah,bertahun-tahun menderita akibat penyakit
mematikan,sakit hati ditinggal kekasih saat sakit,dan hari ini Alhamdulillah
Allah mengirim seorang laki-laki yang tulus yang sebelumnya tidak pernah
terpikir aku akan sedekat ini dengannya,bahkan akan melamarku. Jodoh memang
tidak bisa di tebak,aku yang dulu sempat berpikir cinta sejati itu hanya
dongeng tapi hari ini aku melihatnya. Kami yang benar-benar berbeda dan
sama-sama merantau,kami yang berasal dari suku yang berbeda adat yang berbeda
tapi berkat rahmat Allah kami di pertemukan.
Laki-laki
yang baik bukanlah yang pandai mengobral janji dan membiarkan seorang wanita
dalam ketidak pastian,tapi dia yang berani mendatangi orangtua wanita yang
dicintainya untuk melamar.