Minggu, 06 September 2015

CERPEN NOVI Y

SETELAH MAMA TIADA

Masa Kecil Yang Bahagia

Hal yang paling menyenangkan pada masa kecil Masa sederhana,cukup bisa membeli jajanan dan mainan yang diinginkan. Ya seperti itulah masa kecilku. Aku memang bukan dari keluarga kaya raya,tapi aku tidak pernah merasa kekurangan apapun baik  materi  ataupun kasih sayang.Kedua orangtuaku selalu menuruti apapun yang aku mau,meskipun mereka tidak bisa memenuhinya,Mama dan Bapak akan menasihatiku dengan penuh kesabaran dan lemah lembut sehingga aku mengerti.
Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara,kedua kakakku laki-laki,aku sanngat rukun dengan kedua kakakku,jarak usia kami 6 tahun,aku sangat dekat dengan kakak keduaku Kak Ardi,sedangkan kakak sulungku Kak Alan jarang berada dirumah karena ia bekerja diluar kota sejak memutuskan berhenti sekolah ketika duduk dikelas 2 SMA.
Aku sangat senang di bonceng naek sepeda oleh kakakku,hingga terkadang saking asyiknya naik sepeda sering kali kami menabrak pagar bambu yang dibuat Bapak di halaman rumah.
Namun kebahagiaan ku berubah saat aku duduk dikelas 2 SD,ketika Kak Alan memutuskan menikah dengan seorang wanita yang dikenalnya saat bekerja. Seorang wanita yang berasal dari keluarga kaya raya yang selalu menunut kemewahan pada kakakku,mulai dari pesta pernikahan mewah,rumah mewah,perabotan serba mewah hingga pakaian yang serba mahal,jika kakakku tak sanggup memenuhinya ia akan membujuk Mama agar memenuhi setiap keinginannya,sebagai ibu yang baik Mama selalu menuruti kemauan menantunya itu,hingga akhirnya Mama terpaksa menjual tanah warisan dari kakek.

Aku yang saat itu belum mengerti masalah orang dewasa hanya bisa merasa bingung dengan keadaann yang ada,dimana setiap hari aku melihat wajah Mama yang biasanya ceria menjadi murung,apalagi jika Kak Alan datang wajah Mama begitu sedih,tapi Mama tidak pernah menunjukan kesedihannya padaku atau Kak Ardi Mama masih seperti dulu,menuruti setiap keinginanku. Aku masih ingat Mama selalu mengajariku agar menyisihkan uang jajanku untuk membeli majalah bobo kesukaanku. Mama adalah sosok Ibu yang mengerti keinginan anaknya,Mama tahu aku sangat suka membaca,maka Mama mengajarkan untuk menyisihkan uang jajan agar bisa membelinya,jika uang yang aku kumpulkan tidak cukup,Mama dengan senang hati akan menambah kekurangannya,begitu juga dengan Kak Ardi yang senang bermain sepak bola,Mama meminta Kak Ardi untuk menyisihkan uang jajannya agar ia bisa mengikuti latihan sepakbola setiap minggunya. Kami bukan orang kaya,tapi tak pernah merasa miskin,bukan karena kami sombong tapi kami memiliki orang tua hebat yang pandai bersyukur hingga tidak membuat kami merasa kekurangan.
Diabetes Melitus
Tapi sayang,kebahagiaan itu kian hilang ketikan Mama jatuh sakit,Mama terkena penyakit Diabetes Melitus,yang membuatnya harus pergi ke dokter setiap minggunya. Tentu saja,biaya pengobatan Mama tidak murah,sedangkan Bapak kerjanya hanya seorang buruh serabutan,tapi Bapak tidak patah semangat apapun dilakukannya agar Mama bisa berobat.
Saat itu rasa sedihku semakin bertambah,Kak Ardi tidak bia melanjutkan pendidikan ke SMA,ada dua pilihan saat itu,biaya pendidikan mahal jika Kakakku melanjutkan pendidikan maka Mama tidak bisa melanjutkan pengobatannya tapi jika Mama melanjutkan pengobatannya kakakku tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Kakaku dengan kesadarannya memilih tidak melanjutkan pendidikan ia ingin Mama sembuh biarlah ia tidak sekolah asal Mama sembuh.

Kakakku akhirnya memutuskan untukbekerja di pasar sebagai kuli panggul,Bapak tentunya sangat sedih melihat semua itu anak keduanya yang seharusnya menikmati masa remajanya dibangku sekolah harus ikut banting tulang di pasar memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan Kakak sulungku dibuat pusing dengan kelakuan istrinya yang selalu menuntut kemewahan padanya,benar-benar menantu yang tak punya perasaan,melihat ibu mertuanya yang sakit keras hingga berkali-kali masuk rumah sakit tetap saja kelakuannya tidak berubah tetap saja ia menuntut kemewahan pada suaminya,jika tidak terpenuhi ia akan meminta pada Mama hingga membuat penyakit Mama semakin parah.
Semenjak Mama sakit juga semua keadaan berubah,Mama sering keluar masuk rumah sakit,kesehatan Mama semakin hari semakin menurun membuatku harus terbiasa tanpa Mama,hingga saat kenaikan kelas pun aku tidak diantar Mama tapi diantar Tante Aini adik Mama.

Selamat Jalan Mama

 Hari itu hari Jumat,aku pulang sekolah lebih awal. Hari itu kurasa sangat berbeda dari biasanya,langkah ku terasa berat,aku terus memikirkan kondisi Mama,kapan Mama sehat lagi? Aku ingin pergi jalan-jalan dengan Mama,bercanda dengan Mama,belajar dengan Mama,dan juga membeli majalah Bobo dengan Mama.
Sesampainya di halaman rumah aku terkejut melihat Bapak berdiri di depan pintu,wajahnya sedih matanya sembab seperti habis menangis. Hatiku bergetar,jantungku berdegup kencang,apalagi kulihat didepan pintu banyak sandal orang yang menjenguk Mama. Lututku terasa begitu lemas,aku takut hal buruk terjadi pada Mama.
“Pak,Mama kenapa?’’ Tanyaku dengan wajah polos
Tak ada jawaban,Bapak menunduk dengan tersenyum kecut. Sampai tiga kali aku bertanya,Bapak tidak memberikan jawaban apapun,akhirnya aku berlari masuk kedalam rumah,kulihat orang-orang mengerumuni Mama.
“Mammaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa’’
Aku menjerit lalu terjatuh di lantai,seorang tetangga langsung menghampiri lalu menggendongku,Bapak mencoba menenangkanku tapi beliaupun tak sanggup membendung air matanya,aku dekati Mama,wajahnya begitu pucat,tubuhnya yang dulu gemuk kini kurus,orang-orang membantu Mama mengucap lafadz Laillaha ilallah. Aku pegang tangannya,aku tidak ingin Mama pergi,aku ingin terus dengan Mama.
“Mama tidak apa-apa Via”
Aku senang mendengarnya,aku ingin Mama sembuh seperti dulu,hari itu aku tidak ingin jauh dari Mama,bahkan untuk mengganti seragam sekolahpun aku tidak mau,aku ingin terus di dekat Mama.
Sore hari Mama bisa bercanda kembali dengan kami,aku dan Kak Ardi senang dengan ha litu,tapi tetap aku tidak mau jauh darinya,hingga malampun tak terasa aku tertidur di kursi yang ada di samping tempat tidur Mama.
            ***
Aku rasa hari masih begitu malam saat kudengar beberapa orang melantunkan ayat suci,tapi kenapa mereka seperti menangis,aku pun bangun dan ternyata aku berada di kamarku,mungkin semalam Bapak memindahkanku saat tertidur di kamar,aku buka gorden kamarku,dan aku berharap saat itu sedang bermimpi
“Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Ku lihat Paman sedang menutup wajah Mama dengan kain,lalu beberapa orang mengucap Innalillahi waina Illaihi rojiun,kenapa ini terjadi batinku menjerit aku menangis sejadi-jadinya,Tante Aini langsung menggendongku
“Tante,Mama jangan ditutup sperti itu’’
Tante Aini tidak sanggup menahan tangisnya,Bapak mendekatiku dan mencoba memelukku
“Via,jangan nangis masih ada Bapak,Kak Ardi,Kak Alan,Tante Aini dan yang lainnya”
“Tapi teman-teman Via masih punya Mama,Via mau Mama”
Semua orang menangis mendengar ucapanku,termasuk Kak Ardi yang dari tadi duduk di samping jenazah Mama sambil membaca Al-quran. Kak Ardi memang pribadi yang sabar seperti Mama,dia tetap sabar berusaha tenang berbeda dengan Kak Alan yang tak bisa menahan tangisnya,Kak Tini istrinya berusaha menenangkannya.
Hari itu aku berharap hanya mimpi,ketika orang-orang datang bertakziah ke rumah,aku mencoba menggigit tanganku sampai berdarah,katanya kalau tidak terasa sakit itu kita sedang bermimpi,tapi ternyata tanganku begitu sakit,dan tentu saja kelakuanku membuat semua orang semakin sedih. Hingga jenazah Mama dikebumikan aku masih berharap itu mimpi,tapi semua adalah kenyataan saat kupandangi gundukan tanah merah disamping makam almarhumah Nenek,disitu aku masih tak percaya bahwa Mama telah pergi untuk selamanya.
Aku merasa hari-hariku menjadi sepi,semua orang berusaha menghiburku tapi tetap sedihku tidak hilang,hingga seminggu berlalu orang-orang masih datang untuk bertakziah ke rumah,Mama memang orang baik jadi pantas banyak orang merasa kehilangannya.

Mama Baru

Hidup tanpa Mama memang hampa,Bapak tentu tidak sanggup melakukan semuanya sendiri,seringkali aku tidak pernah menyisir rambut saat berangkat sekolah,tidak memakai seragam yang di setrika bahkan sering tidak sarapan. Dan yang lebih parah Bapak tidak tahu cara membuat perkedel,pernah Bapak membuat perkedel dan hasilnya seperti donat.
Setahun setelah kepergian Mama,Bapak meminta izin untuk menikah lagi,Bapak pun menikah lagi dengan seorang janda yang juga ditinggal suaminya meninggal,tapi beliau memiliki anak. Ibu tiri selalu diceritakan jahat tapi tidak dengn beliau’ia menyayangiku dan kakakku seperti anaknya sendiri. Dan akupun tidak mau menyebut beliau sebagai Ibu tiri karena bagaimanapun beliau adalah seorang ibu walaupun bukan orang yang melahirkanku.

Pindah Rumah

Kak Tini istri Kak Alan tidak pernah mau hidup sederhana,ia terus menuntut kemewahan pada Kak Alan dan tentu saja jika tidak bisa terpenuhi ia akan lari ke Bapak,semua yang dimiliki keluargaku habis tak tersisa,Bapak sangat marah ketika diam-diam Kak Alan menjual tanah warisan peninggalan Mama yang harusnya menjadi hakku dan Kak Ardi,bahkan rumah yang kami tempati pun harus kami tinggalkan karena suatu masalah. Bapak sangat bingung dengan hal itu,untung saja Mama menyarankan kami untuk pindah ke rumahnya,walaupun rumah itu jauh dari keramaian dan terpaksa aku harus pindah sekolah dan berpisah dengan teman-temanku.
Kampung Baru
Kehidupan kami di tempat baru berubah,dan disini aku merasa menjadi dewasa lebih dari usiaku,pengasilan Bapak sangat kecil,kebutuhan hidup naik,dan semua itu benar-benar menguji kesabaran. Kak Ardi akhiirnya memutuskan pergi ke Jakarta karena penghasilannya di kampung sangat kecil. Sementara Kak Alan semakin hari semakin pusing dengan kelakuan istrinya,terlebih ketika Panji anak pertama mereka lahir,kehidupannya semakin ambruk. Dan disaat seperti itu sang istri malah meminta cerai darinya karena tidak sanggup hidup miskin.
Tapi Kak Alan tidak melakukannya,dia memilih pergi dan menghilang tanpa kabar selama bertahun-tahun.

Masa Remaja

Masa remaja adalah masa yang indah dan itu juga yang aku rasakan,termasuk rasa galau,hanya saja kegalauan yang kurasakan bukan karena cinta tapi perasaan takut tidak bisa melanjutkan sekolah,setiap malam aku hanya menangis,memikirkan apa aku bisa sekolah atau tidak,hingga akhirnya aku bisa masuk SMP dengan beasiswa.
Di masa SMP ini aku mulai belajar arti hidup yang sebenarnya,dimana aku harus ikut memikrkan kehidupan esok pagi bahkan mungkin kehidupan beberapa tahun yang akan datang,sering kali aku melihat Bapak pulang kerja kakinya berdarah terkena batu. Kehidupan yang benar-benar terasa berat saat itu. Dimana kadang Bapak hanya mendapatkan uang yang cukup untuk makan hari ini dan beulm tahu esok akan makan atau tidak. Untuk membantu perekonomian keluarga Mama bekerja mencari rumput untuk ternak tetangga,Kak Ardi di Jakarta akhirnya mendapat pekerjaan sebagai security di salah satu perusahaan swasta.
Aku harus terus mempertahankan prestasi belajarku agar tetap dapat beasiswa,setiap malam aku belajar agar tetap bisa menjadi juara kelas. Aku tidak bisa bermain-main seperti temanku yang lain,yang bisa seenaknya jalan-jalan. Aku tidak berani merengek minta ini itu kepada Bapak,karena aku tahu bagaimana pekerjaan Bapakdan penghasilannya pun pas-pasan,bahkan ketika itu Bapak sampai menangis saat beliau lewat depan sekolahku,saat itu pelajaran olahraga di lapangan depan sekolah,teman-temanku semua memakai baju olahraga,hanya aku saja yang tidak,aku tidak berani meminta uang karena aku tahu Bapak dan Mama tidak punya uang,Bapak menangis dan akhirnya beliau mengumpulkanuang untuk membeli baju olahraga
Ya,begitupun untuk urusan lainnya aku tidak seperti orang lain bahkan seragam sekolah pun aku memakai bekas orang,sering aku dicemooh orang karena tidak pernah punya seragam bagus, tapi tak pernah kugubris yang penting aku bisa sekolah.        
Termasuk untuk masalah remaja lainnya,aku tidak seperti yang lainnya,teman-tamanku mulai mengenal cinta tapi tidak denganku,aku tidak mau terlibat urusan orang dewasa terlalu jauh,meskipun pikiranku sudah lebih dewasa dari usiaku aku tidak mau terlibat dalam hal cinta.
Tapi mencintai adalah kodrat setiap manusia,akupun tidak bisa memungkiri hal itu,aku menyukai Kakak kelas ku,namanya Zaenal Muttaqin. Awalnya aku sangat membencinya ia selalu mengejekku karena aku memakai seragam bekas,sekolahku sekolah islam,setiaphari senin memakai seragam putih-putih,rok,baju dan jilbab putihku sudah berbeda putihnya,ya maklum semuanya baju bekas layak pakai,Zaenal selalu mengejekku dengan sebutin putih sejuta warna,kesal sekali rasanya jika ia sudah begitu,pikirku Zaenal tidak bisa menghargai orang lain,hingga suatu hari aku tidak sengaja melihatnya sedang berjalan dengan ibunya,entah kenapa aku yang memang tengah merindukan Mama merasa iri kepadanya,aku rindu masa sepertiitu,Zaenal beruntung sekali masih bisa bersama Ibunya,dari situ aku merasakan perasaan yang berbeda yang tidak pernah kurasakan,setiap hari aku ingin melihatnya dan seperti itu terus hingga ia lulus tak pernah ada hubungan antara Aku dengannya karena aku pun tidak pernah berharap apapun. Aku malah senang jika ia mengejekku.

Aku tak pernah menceritakan itu kepada orang lain hanya kepada Nisa sahabat sejati ku,aku berani menceritakan apapun kegalauan hatiku.
Tapi kegalauanku saat sekolah bukan terfokus pada malah cinta,lebih pada ekonomi,ya aku ingat saat aku ingin membeli sepatu baru aku terpaksa tidak jajan selama dua minggu dan mengumpulkan uangnya untuk membeli sepatu. Dan ketika terkumpul uangnya tak seberapa hingga akupun memilih membeli sepatu paling murah yang keawetannya tidak lama. Baru  seminggu kupakai bagian bawahnya sudah belah. Pernah saat akuakan mengikuti lomba baca puisi tengah malam aku menjahit bagian sepatu yang belah dengan jarum jahit tangan,aku sengaja memilih waktu tengah malam agar tidak ada yang tahu aku melakukan itu. Jika orang tuaku tau mereka pasti sedih.

Merantau

Lulus  SMP aku melanjutkan sekolah ke SMA dengan modal nekat dan keuangan keluarga yang pas-pasan akhirnya aku bisa menyelesaikan pendidikan hingga lulus SMA, meskipun aku begitu sedih karena tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,akhirnya aku memutuskan ikut dengan Elli salah satu tetanggaku untuk mencari pekerjaan di daerah Bekasi dan kebetulan Elli memiliki saudara di Bekasi sehingga kami bisa ikut tinggal dulu sebelum mendapatkan pekerjaan,dan setelah mendapat pekerjaan kami akan mencari rumah kontrakan lain.
Merantau bukanlah hal mudah,itu awal yang aku rasakan,terlebih aku harus terbiasa tanpa keluarga ,tanpa Bapak,Mama Kak Ardi dan Dini adik bungsuku dari Mama yang sekarang.
Mencari pekerjaan bukan hal mudah hingga tiga bulan aku belum juga mendapatkan pekerjaan. Aku mulai merasa putus asa,bukan hanya sedih mencari kerja tapi bekalku mulai berkurang,aku tidak berani meminta kepada orang tuaku,akupun mencoba lebih hemat.
Setiap hari aku berkeliling mendatangi setiap perusahaan bertanya pada setiap security perusahaan apakah ada lowongan pekerjaan atau tidak. Melihat security perusahaan akupun teringat Kak Ardi yang bekerja di sebagai security di Jakarta,dia pasti seperti itu harus berjaga siang malam demi mencari rezeki.
Setelah berhari-hari aku dan temanku akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik mainan,meski dengan sistem kerja kontrak aku bersyukur akhirnya mendapatkan pekerjaan juga.
Aku mendapatkan pekerjaan tapi Kak Ardi terkena PHK dari tempatnya bekerja,karena sekarang perusahaan tempatnya bekerja hanya mempekerjakan mereka yang lulusan SMA,sedang Kak Ardi hanya lulusan SMP,ia pun akhirnya pulang dan memilih bekerja sebagai kuli bangunan.

Cinta

Kehidupan manusia tak lepas dari yang namanya cinta,aku kembali menemuinya,cinta mengingatkanku pada Zaenal cinta monyetku saat SMP,ya tapi itu hanya cinta monyet.
Aku   berkenalan dengan seorang laki-laki asal Bandung bernama Sandi perkenalan yang tidak sengaja kami bertemu saat sedang menunggu bis jemputan perusahaan,kami memang tidak satu pekerjaan tapi tempat kerja kami berdekatan.
Kebersamaan yang kian hari kian dekat hingga akhirnya aku dan Sandi memutuskan untuk berpacaran.

Jantung

Aku tersentak kaget ketika Kak Ardi menelponku mengabarkan bahwa Kak Alan meninggal dunia,selama ini Kak Alan tidak pernah ada kabar ketika ia memutuskan pergi. Akupun meminta izin untuk pulang.
Untuk kedua kalinya aku harus kehilangan orang yang aku sayangi,kami sekeluarga sangat kehilangannya. Tapi berbeda dengan Kak Tini aku tidak melihat sedikitpun raut kehilangan di wajahnya. Entah kenapa aku merasa sangat membencinya terlebih jika ingat semua kelakuannya.
Sehari setelah pemakaman Kak Alan aku kembali ke Bekasi,rasanya berat harus kembali bekerja,aku merasakan sesak di dadaku,nanfasku berat,bekerja sebentar saja rasanya sangat melelahkan,hingga membuatku pingsan saat bekerja.. Orang-orang membawaku ke klinik,seorang dokter memeriksaku,hasil diagnosanya aku terkena penyakit jantung bocor,hal itu membuatku terkejut,bagaimana bisa,aku merasa sehat-sehat saja,lalu kenapa aku bisa terkena penyakit seperti ini?
Penyakit ini benar-benar menyiksaku,aku selalu kesulitan melakukan pekerjaan berat, dan hampir aku putus asa setiap hari di hantui rasa sakit yang datang tanpa kenal waktu,saat itulah aku merasakan derita seakan tiada habis sejak di tinggal Mama,sedih rasanya. Belum lagi setiap hari aku harus menenggak beberapa butir obat penahan rasa sakit. Hidupku sudah bergantung pada obat,sehari saja tak ada obat aku merasa sangat lemah,Bapak,Mama dan Kak Ardi memintaku untuk pulang tapi aku menolaknya,aku ingin terus bekerja membantu keluargaku,biarlah penyakit ini ada di tubuhku,biar ku lawan suatu hari nanti penyakit ini pasti pergi. Aku masih ingat saat pertama kali tahu aku terkena penyakit ini,sehari sebelumnya Mama bercerita tentang tetangga yang meninggal karena sakit jantung katanya setiap orang yang terkena penyakit itu umurnya tidak akan lama,dan besoknya aku memberitahu keluargaku aku mengidap penyakit mematikan itu.
Sandi dengan setia selalu mengantarku ke dokter dan memberiku semangat untuk sembuh tapi lama-lama dia mungkin bosan dengan keadaanku yang seperti itu,aku tahu dalam benaknya dia pasti malu hingga akhirnya hubungan kami putus dan Sandi memilih kembali pada mantan kekasihnya,ku coba mengikhlaskannya meskipun sakit hati yang kurasa begitu perih,biarlah ia pergi memang dia bukan yang terbaik untukku.
Di saat seperti itu aku teringat pada Mama,mungkin dulu Mama seperti ini bahkan lebih sakit,aku merasakan bagaimana menderita penyakit mematikan seperti ini. Beberapa temanku menyarankan untuk berhenti bekerja,pekerjaanku memang cukup berat apalagi aku harus bekerja dengan sistem shift,bekerja dengan mata terjaga sepanjang malam memang tidak baik tapi entah kenapa aku tidak ingin berhenti bekerja.
Dua tahun kujalani hidup dengan penyakit ini,meski sering aku menangis karena rasa sakit yang begitu menyakitkan bahkan berkali-kali aku jatuh pingsan saat bekerja,aku tetap bertahan bekerja di perusahaan mainan itu hingga kontrak kerjaku berakhir.




Pekerjaan Baru

Aku berjalan disebuah hutan lalu tiba-tiba seseorang melemparku dengan boneka yang dibungkus kain putih,aku menjerit minta tolong hingga kemudian Kakek dan Mama datang menolongku.
“Via,buka matamu,solat malamlah nak,temanmu sekarang sedang mengaji biar boneka ini di hancurkan Kakek”Kata Mama menyuruhku membuka mata
Aku buka mataku ternyata tadi hanya mimpi,ku lihat Elli sedang mengaji di kamar kontrakan kami,aku langsung bangun mengambil air wudhu dan solat malam.Mimpi macam apakah tadi itu? Aku hanya terdiam sudah ada tiga kali aku mimpi seperti itu,dan setelah mimpi jantungku akan terasa sakit. Ya Allah misteri apakah ini.
Aku kembali mencari pekerjaan baru,aku jadi ingat saat pertama mencari pekerjaan berkeliling di kawasan industri bertanya pada setiap security perusahaan apakah ada lowongan atau tidak,dan tentu saja mencari pekerjaan bukan hal mudah hingga empat bulan aku belum juga mendapat pekerjaan,rasa putus asa mulai muncul,apalagi jika ingat kondisiku,aku bergantung dengan obat dan sudah dua bulan aku tidak minum obat,biaya dokter dan obat sangat mahal sedangkan aku tidak bekerja,uangku habis untuk mencari pekerjaan dan pekerjaan susah didapat. Setiaphari aku dan Elli berusaha mencar ipekerjaan berkeliling di kawasan industri bertanya pada security,di jalanan pun kami bertemu orang yang sama-sama mencari pekerjaan kam ipun saling bertukar cerita tentang suka duka mencari pekerjaan.
Aku teringat dengan Nisa,sahabatku sejak SMP,dia juga adadi Bekasi hanya berbeda kawasan saja Nisa bekerja di sebuah perusahaan seat otomotif,aku menanyakan tentang lowongan pekerjaan di  perusahaan tempatnya bekerja,ternyata pucuk dicinta ulam tiba,perusahaan itu sedang membutuhkan karyawan Aku dan Elli langsung melamar ke perusahaan itu.
Setelah interview dan beberapa tes akhirnya aku dan Elli diterima bekerja dan di tempatkan di bagian quality control. Perusahaan ini bukan perusahaan besar karyawannya pun tidak banyak,tapi aku bersyukur akhirnya bisa kembali bekerja.


Cowo Jutek

Aku kembali bekerja dengan sistem shift dan tentu saja shift malam membuat penyakitku sering kambuh,rasa sakitnya begitu kuat aku sering menangis d tempat kerja jika rasa sakit itu menyerang,untung saja karyawan di bagian ku hanya beberapa orang dan pekerjaan memang tidak terlalu berat hanya mengecek hasil jahitan cover seat.
Beberapa orang senang sekali menjahiliku dengan cara mengagetkan aku sangat marah sekali,tapi aku tidakmemberi tahu teman-temanku bahwa aku memiliki penyakit mematikan itu,aku hanya bisa menangis ketika sakitnya kembali menyerang.
Penyakit ini menyebabkan tanganku berkeringat sehingga aku sering kali bolak-balik kamar mandi untuk mencuci tangan.
Rupanya kelakuanku ini diketahui seorang karyawan dari bagian lain,laki-laki yang tidak aku kenal itu tiba-tiba mengagetkanku dari belakang,kurang ajar sekali kataku dalam hati.
“Namamu siapa?” tanya laki-laki itu
“Via” Jawabku ketus
“Lengkapnya?”
“Viantika”
“Singkat sekali”
“Iya”
“Saya Irwan.Irwan Andika”
“Iya”
“Cuma iya?”
“Memang harusnya apa?”
“Iya tidak apa-apa”Katanya sambil tersenyum
“Via saya kerja dulu ya”
“Iya”
“Iya Mas gitu dong jawabnya”
“Iya Mas”
Laki-laki bernama Irwan itu pun pergi,pakaiannya sangat kotor penuh oli,dari peralatan yang dibawanya aku bisa menebak dia pasti seorang mekanik. Penampilannya biasa saja,sikapnya begitu dingin terhadap perempuan,wajahnya jutek dan cuek jika disapa perempuan.
Esok paginya aku kembali bertemu dengan Irwan,dia mulai berani bertanya banyak hal,mulai dari usia sampai lagu kesukaan dia tanyakan. Irwan cukup kaaget ketika tahu usiaku setengah tahun lebih tua darinya,wajahku memang menipu,banyak orang mengira aku baru lulus SMA,Irwan seorang Jawa tulen tetapi sangat menggemari lagu Sunda,ia banyak bertanya padaku tentang budaya sunda.
Kedekatanku dengan Irwan menjadi gosip hangat,banyak yang mengira kami pacaran,bahkan beberapa orang merasa iri karena aku bisa dekat dengannya,ada juga yang merasa heran bagaimana bisa seorang pemuda yang dikenal jutek bisa dekat dengan perempuan pendiam sepertiku,bahkan seorang perempuan sampai menangis karena selama ini dia menyimpan perasaan pada Irwan tetapi Irwan malah dekat denganku,akupun mencoba menjauh dari Irwan.
Aku tidak ingin terlalu dekat dengan Irwan,aku juga merasa Irwan agak menjaga jarak denganku,aku takut timbul perasaan diantara kami. Ya,jika sudah ada perasaan berlebih sulit untuk dihindari,terlebih Irwan adalah tipe laki-laki yang susah melupakan seseorang,dia sering bercerita kenapa bersikap jutek terhadap perempuan,dia pernah berpacaran dengan seorang perempuan sunda dan jalinan cinta mereka tidak direstui oleh masing-masing keluarga karena berbagai alasan,aku tidak ingin terlalu mengetahui masalalunya,karena pasti semakin aku bertanya dia akan kembali sedih mengingatnya,selama ini dia sudah mencoba lepas dari masa lalunya dan aku tidak mau merusaknya karena aku sendiri merasakan bagaimana sulitnya melepas masalalu yang menyakitkan.

Elli dan Nisa

Elli akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan karena akan menikah dengan seorang laki-laki yang dikenalnya di tempat kerja dulu. Begitu juga dengan Nisa,dia akan menikah dengan teman SMA nya.
Sepi yang kurasakan ditinggal sahabat-sahabatku menikah,mereka “mengompori”ku agar segera menyusul kepelaminan,aku sudah sudah lama tidak tertarik dengan kata pernikahan dan cinta,aku trauma dengan cinta,lagipula mana ada laki-laki yang mau menikah dengan perempuan penyakitan sepertiku,Sandi saja lebih memilih pergi dan laki-laki lainpun pasti akan seperti itu,lebih baik aku memperbaiki diri,lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta karena penyakitku bisa sewaktu-waktu menjemput ajalku,aku juga harus memperbaiki jilbabku,selama ini jilbabku sering kali kulepas,masalh jodoh biarlah Allah yang mengatur jika jodohku tidak di dunia mungkin di akhirat nanti. Dan aku selalu ingat dengan nasihat kedua sahabatku,mereka melarangku untuk pacaran tapi menyuruhku mencari calon suami. Ya,mudah-mudahan saja suatu hari nanti ada yang bersedia menerimaku.



Santet dan Rukiyah

Malam begitu gelap ketika aku berjalan melewati sebuah hutan sendirian,seorang laki-lakidatang melempar boneka di bungkus kain putih,lalu Kakek dan Mama datang,Kakek langsung merebut boneka itu,Mama menyuruhku membaca shalawat kemudian dia menunjuk Irwan
“Bangun dan kamu tanya pada dia”
Aku tidak mengerti maksudnya,aku langsung bangun,dadaku sesak,nafasnya berat,rupanya aku bermimpi,dan kenapa mimpi itu terus terulang,lalu kenapa Irwan ditunjuk-tunjuk segala,apa yang harus aku tanyakan pada dia.
Malam itu kurasa sangat menakutkan,aku tidak bisa tidur sampai pagi,aku berangkat kerja dengan badan lemas,sesampai di tempat kerja Irwan langsung menghampiriku,ia begitu aneh melihatku lalu akupun menceritakan semua yang terjadi,ceritaku cukup membuat bulu kuduknya merinding,menurutnya ada kemungkinan aku terkena santet,dia menyarankan agar aku di rukiyah,aku selama ini tidak mengerti dengan hal gaib,apa mungkin aku terkena santet lalu siapakah pelakunya?
Sore hari Irwan mengajakku ke tempat saudaranya yang pernah terkena santet,saudaranya menyarankan agar aku di rukiyah,kami pun langsung pergi ke tempat rukiyah.
Seorang Ustadz  membimbingku untuk melakukan rukiyah ia bertanya apa yang terjadi padaku selama ini aku menceritakan semuanya. Mulai dari penyakit hingga mimpi mendapat boneka berbungkus kain putih.
 Sang ustadz mulai membaca ayat-ayat suci Al-quran,aku pun diperintahkan untuk membaca istigfar,Irwan duduk di sebelahku . Awalnya aku biasa saja tapi lama-lama hatiku merasa sedi,takut,dan terus terbayang-bayang boneka berbalut kain putih tersebut hingga kemudian aku tidak sadar dengan apa yang terjadi.
Aku kaget ketika Ustadz membangunkanku,aku terbaring diatas sajadah,Irwan duduk di sebelahku,aku tidak mengerti apa yang terjadi,ustadz itu menceitakan jika aku terkena guna-guna selama dua tahun ini,tubuhku dihuni makhluk halus sejenis jin,makhlul-makhluk itu yang menyebabkan aku sering mendapat mimpburuk dan menghambatku untuk beribadah,pantas saja aku sering merasa malas untuk beribadah. Aku dianjurkan untuk melakukan rukiyah lagi dan juga terapi bekam untuk menghilangkan sisa obat yang ada di tubuhku. Aku sendiri masih heran siapa yang setega itu berbuat demikian padaku,tapi aku tidak ingin mempermasalahkannya biarlah Allah membalasnya.
Selesai rukiyah aku tidakdiizinkan tidur sendiri,hingga akhirnya akumeminta izin menginap di rumah ibu Tia sang pemilik kontrakan,Alhamdulillah beliau mengizinkan akumenginap,hingga beberapa minggu aku masih merasakan adan gangguan tapi Alhamdulillah semua bisa teratasi,kedua orangtua ku sempat kaget dan panik mengetahui aku terkena guna-guna,mereka setiap malam tak henti mengaji untuk mendoakan kesehatanku.
Irwan senantiasa mengantarku untuk melakukan rukiyah dan terapi bekam,bahkan pada saat rukiyah dia sampai tidak tega melihat keadaanku.
Aku sangat bahagia,akhirnya bisa kembali menghirup nafas lega dan kembali hidup normal tanpa mimpi buruk yang selalu menghantuiku.

Kejutan


Hari demi hari aku semakin dekat dengan Irwan,dia selalu mengatakan senyumku sudah sepenuhnya senyum manusia bukan lagi senyum  jin atau dedemit,kadang aku merasa kesal dengan kata dedemit itu,tapi biarlah toh itu hanya candaan.
Aku sangat berterima kasih padanya dia sudah begitu tulus membantuku,padahal sebenarnya nyawanya bisa terancam karena membantuku,sungguh aku lihat ketulusannya yang begitu nyata tanpa peduli nyawanya ikut terancam.
Melihat ketulusannya aku teringat pada almarhumah Mama yang kasih sayangnya begitu tulus,Mama yang selalu peduli padaku tidak peduli dirinya tersakiti asalkan anaknya bahagia,Mama yang selalu menurut isetiap keinginanku,membelikanku boneka dan buku kesukaanku. Mama aku rindu sekali padamu,aku ingin memelukmu dan bercerita tentang semua ini,sekarang Mama tidakpernah hadir kembali dimimpiku setelah aku di rukiyah,Mamaaku ingin kau tenang di alam sana aku akan selalu mendoakanmu.
Tok..tok..tok
Seseorang mengetuk pintu kamarku,akupun membukanya ku lihat Irwan berdiri di depan pintu,tapi dia buru-buru menyuruhku masuk karena aku tidak memakai jilbab’aku pun masuk dan memakai jilbab,lalu kembali membuka pintu.
“Ada apa?tumben kesini”
“Ini untukmu”
Irwan menyerahkan sebuah bungkusan besar berwarna hitam,ketika kubuka isinya boneka Doraemon
“Kamu pengen boneka kan?”
Aku merasa heran kenapa dia berkata begitu
“Via,tidak usah bohong aku tahu apa yang kamu pikirkan,kamu sekarang sedang memikirkan Mamamu dan kamu kangen dibeliin boneka sama Mama,ya kan?
Aku kaget bagaimana dia tahu
“Ko kamu tau mas?”
Aku semakin heran dengannya,hingga tanpa di duga Irwan mengatakan hal tidakpernah aku duga
“Via,maaf aku sayang sama kamu,aku ingin menggantikan kasih sayang Mama kamu yang Cuma sebentar kamu rasakan,aku ingin selalu di dekatmu menjaga kamu”
Aku kaget mendengar ucapannya
“Mas Irwan,kamu lagi ngegeerin Via kan?”
Irwan menggeleng,dia menjelaskan semuanya panjang,aku lihat ketulusannya,aku pun berpikir mungkin ini sudah saatnya,dan jangan lagi aku melakukan hal yang tidak diridhoi agama,yaitu pacaran.
“Bagaimana Via,apa kamu mau?”
Aku terdiam dan berpikir,jika memang dia serius dia pasti mau aku suruh untuk menemui orang tuaku.
“Kalau kamu serius,kamu datangi Bapakku,apa kamu mau?”
Irwan tersenyum dan mengangguk,aku tidak bisa menyembunyikan senyum bahagiaku, Irwan berjanji akan segera menemui kedua orang tuaku.
Sebelumnya aku tidak pernah memikirkan hal ini,aku yang dulu hampir putus asa ditinggal Mama,bersusah-susah saat sekolah,bertahun-tahun menderita akibat penyakit mematikan,sakit hati ditinggal kekasih saat sakit,dan hari ini Alhamdulillah Allah mengirim seorang laki-laki yang tulus yang sebelumnya tidak pernah terpikir aku akan sedekat ini dengannya,bahkan akan melamarku. Jodoh memang tidak bisa di tebak,aku yang dulu sempat berpikir cinta sejati itu hanya dongeng tapi hari ini aku melihatnya. Kami yang benar-benar berbeda dan sama-sama merantau,kami yang berasal dari suku yang berbeda adat yang berbeda tapi berkat rahmat Allah kami di pertemukan.
Laki-laki yang baik bukanlah yang pandai mengobral janji dan membiarkan seorang wanita dalam ketidak pastian,tapi dia yang berani mendatangi orangtua wanita yang dicintainya untuk melamar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar